Ketika Ku Terbitkan Sang Mentari Yang Terbenam

Posted in By Ahmad Fadiilah 0 komentar

SEBUAH JANJI YANG KU UNGKAPKAN PADAMU

selama kurang lebih 3 bulan, ku coba tuk menguasai diriku, dari segala sesuatu yang membuat diriku menjadi lemah dan tak mampu untuk mempertebal prinsipku. di keheningan malam, aku duduk serambi menyalakan sebatang rokok dan segelas kopi, ku pandang sebuah tempat yang selalu mengingatkan kita akan kematian, menyadarkan bahwa tak selamanya kita bisa hidup,dan menyadarkan akan kehidupan dunia ini yang fana.

aku berfikir, di tengah kehidupan dunia yang sudah tidak lagi mau bersahabat dengan manusia, Uang merupakan segala sesuatu hal yang sangat di prioritaskan oleh setiap manusia untuk menjaga kelangsungan hidup mereka. segala macam cara mereka lakukan demi mendapatkan Si Uang itu, ketika ku lihat kembali ke belakang, hal apa yang sedang menimpaku saat ini.

selalu ku renungkan, betapa sulitnya menjadi atau memiliki jabatan sebagai Ayah, yang bertugas menjadi tulang punggung keluarga, sebagai pondasi keutuhan keluarga, sebagai pencari nafkah untuk keluarga, dan sebagai pemberi motivasi kehidupan untuk sang anak. demi kelancaran kehidupan sang anak di masa, dimana sang anak akan menggantikan posisi layaknya sang Ayah.

Disiplin dan Jujur itulah yang selalu di ungkapkan oleh Ayah ku, hanya sebuah kalimat yang sangat pendek,simpel, dan sebuah hal yang bisa di sebutkan oleh anak-anak kecil. tetapi di dalam nya, mengandung makna yang sangat sangat sangat berarti  untukku, ketika ku jalani hidupku sendiri . kalimat itu bagaikan sebuah Tameng dan Tombak untuk menjalani kehidupan ini.

Hingga saat ini, dimana aku berada di keadaan yang sangat mebuat keluarga ku terpuruk, berbagai macam hal yang terjadi di dalam keluargaku. aku adalah seorang anak ke 3 dari 4 bersaudara, seorang anak yang sudah memulai hidup sendiri sejak lulus Sekolah Dasar, yang selalu menjadi pelampiasan amarah ketika ku masih kecil, entah hal apapun itu mereka selau melampiaskan nya pada ku.

hingga usiaku bertambah setiap tahun, mereka tetap saja melakukan hal itu padaku,  selalu menutupu hal yang semestinya ku tau, hingga ku tak bisa bersuara di hadapan mereka. entah apa yang mereka pikirkan tentang diriku ? .

Mungkin menurut mereka, aku hanya seorang anak yang Bodoh. yang tak akan pernah mengerti apapun tentang semuanya, sempat ku berada di sebuah keadaan dimana aku berfikir untuk memperbaharui diriku, untuk menjadi lebih baik dimata mereka, tetapi kenyataanya sangat sulit bagiku. aku sangat menyesali hal ini terhadap mereka yang selalu meminta bukti, tanpa mau melihat prosesnya.

akan tetapi hal ini tak membuat semangat ku mencair, tetapi semakin membuat ku untuk menjadi lebih...lebih...dan lebih baik lagi. aku akan membawa sebuah perubahan yang akan kita nikmati Bersama SELAMANYA.